Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, October 2, 2016

Min X Min = Plus


Ini adalah hari Minggu 25 September 2016 sekitar jam 10.30. Sepulang dari melayani Misa Difabel di Banyumanik, Rm. Bambang ditemani oleh Mas Handoko dan Bu Rini mampir di Wisma Emaus, rumah para rama Serikat Yesus (SY) pensiunan di Girisonta. Ketika turun dari mobil ternyata ada seorang imam tua di kursi rodanya duduk di teras depan. Sementara Mas Handoko mencari pinjaman kursi untuk Rm. Bambang, Bu Rini menghampiri rama tua itu, yang ternyata bernama Rm. Tendean. Seorang frater novis SY mengantarkan kursi roda untuk Rm. Bambang. Mas Handoko langsung membantu Rm. Bambang pindah duduk di kursi roda dan mendorong masuk ke dalam bangunan Wisma Emaus. Sementara itu Bu Rini asyik dengan Rm. Tendean.


Rm. Bambang yang di kursi roda didorong oleh Mas Handoko diantar oleh sang novis menuju kamar Rm. Suryasudarma. Ternyata Rm. Surya sedang duduk di bangku di depan kamarnya. Beliau baru saja masuk Wisma Emaus pada tanggal 15 September 2016. Pertemuan antara Rm. Surya dan Rm. Bambang menghadirkan omong-omong asyik penuh keceriaan sehingga Mas Handoko yang duduk mendengarkan tampak ikut ceria. Yang dibicarakan terutama berkisar pada pengalaman sebagai orang-orang yang sudah kena berbagai penyakit. "Tensiku lagi mundhak dhuwur. Embuh aku mau kleru mangan apa. Nek tensi dhuwur, iki deloken, mripatku dadi abang. HBku rendah mung pitu" (Tensiku baru naik tinggi. Aku tidak tahu tadi keliru makan apa. Kalau tensi tinggi, lihatlah ini, mataku jadi memerah. HBku rendah dan hanya tujuh) Rm. Surya memberikan penjelasan mengapa matanya memerah. Kemudian beliau menceriterakan kepada Mas Handoko bagaimana dulu amat akrab dengan Rm. Bambang ketika masih menjadi mahasiswa. Duduk pasti berdampingan dan bergantian tidur dan mendengarkan kuliah. Yang mendengarkan bertugas membuat pertanyaan dan diberikan kepada yang tidur untuk ditanyakan kepada dosen. "Ben ketoke aktif" (Biar tampak aktif) katanya yang membuat suasana tertawa. Menjelang jam 11.40 Rm.Bambang pamit dan berhenti sejenak di Rm. Tendean sambil mengajak Bu Rini pulang. Ketika sudah berada di mobil kembali menuju Yogya, Mas Handoko berkata "Jarene Rama Surya, dhek teng Mertoyudan panjenengane gerah lan sing saben dinten mendhetke ember isi toya anget njenengan" (Kata Rama Surya, ketika masih seminaris di Mertoyudan beliau sakit dan setiap hari Rama Bambang yang mengambilkan ember berisi air hangat). Rm. Bambang hanya merasa bersyukur hari itu sempat mengunjungi Rm. Surya. Perjumpaan sesama orang bebas dinas, golongan tua, dan kondisi mengidap sakit tampaknya memang menghadirkan keceriaan batin tersendiri. "Min kali mini sama dengan plus" pikir Rm. Bambang.

0 comments:

Post a Comment