Sabtu, 22 Oktober
2016
Hari Biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Ef. 4:7-16; Mzm.
122:1-2,3-4a,4b-5; Luk. 13:1-9. BcO Hab.
2:5-20
Lukas
13:1-9:
1 Pada waktu itu
datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang
Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka
persembahkan. 2 Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih
besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka
mengalami nasib itu? 3 Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak
bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. 4 Atau sangkamu kedelapan
belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya
dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? 5 Tidak! kata-Ku
kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara
demikian." 6 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang
mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari
buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. 7 Lalu ia berkata kepada
pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon
ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di
tanah ini dengan percuma! 8 Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun
ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, 9
mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Renungan:
Ketika orang
berkumpul dan membicarakan kejelekan orang lain maka pembicaraan itu terasa
makin ramai. Masing-masing orang mengutarakan kejelekan orang tersebut. Ketika
satu orang berbicara, yang lain menambahkan banyak hal yang lebih seru. Tidak
sadar bahwa apa yang mereka katakan mungkin juga telah mereka lakukan. Bisa
jadi malah mereka yang omong lebih buruk daripada orang yang diomongkan.
Kejadian semacam
itu ternyata berlangsung dari generasi ke generasi. Pada jaman Yesus pun telah
terjadi. Orang-orang pada jaman-Nya merasa hidup lebih baik daripada
orang-orang sebelumnya yang telah mengalami kematian yang mengerikan. Mereka
merasa tidak berdosa seperti orang-orang tersebut. Maka mereka yakin tidak akan
mengalami pengalaman yang sama dengan orang-orang tersebut.
Kiranya sekarang
ini menjadi kesempatan bagi kita untuk menghentikan itu. Tuhan selalu memberi
kesempatan pada kita untuk berubah. Saatnya bagi kita sekarang ini
menghilangkan gosip akan orang lain. Kalau tidak bisa menghilangkan kita
berusaha menguranginya sedemikian rupa. Semakin kita belajar mengurangi semakin
lama kebiasaan itu akan makin hilang.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
berada di kumpulan orang yang lagi ngomongin kejelekan orang lain. Berusahalah
sedemikian rupa untuk tidak terlibat dalam omongan tersebut.
Refleksi:
Bagaimana menahan
diri dari gosip?
Doa:
Tuhan semoga aku
bisa berperan dalam mengurangi kebiasaan menggosip. Semoga aku makin sadar akan
kelemahanku sendiri sebelum membicarakan kejelekan orang lain. Amin.
Perutusan:
Aku akan menahan
diri dari gosip. -nasp-
0 comments:
Post a Comment