Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, October 22, 2016

Sabda Hidup



Minggu, 23 Oktober 2016
Hari Minggu Biasa XXX
Hari Minggu Misi
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Sir. 35:12-14,16-18; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18; Luk. 18:9-14. BcO Keb. 1:1-15

Lukas 18:9-14:
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Renungan:
Sering kita menemui orang yang selalu merasa dirinya benar. Kalau bercerita dia selalu menyalahkan orang yang pernah bersama dengan dirinya. Di tempat A ia menyalahkan teman A. Di tempat B ia menyalahkan teman B. Semua orang yang pernah bersama dia adalah orang yang salah. Dialah yang benar.
Orang Farisi pun puas dengan apa yang telah dilakukan. Ia merasa menjadi orang yang sempurna. Keyakinan itu pun terbawa dalam doanya. Ia pun malah membandingkan dirinya sebagai yang jauh lebih baik daripada si pemungut cukai. Sebaliknya si pemungut cukai merasa lemah dan berdosa di hadapan Tuhan. Tuhan pun berkenan pada pemungut cukai.
Rasanya ketika setiap orang yang pernah bersama dianggap salah, tampaknya layak untuk refleksi siapa sebenarnya yang salah. Kiranya ia yang menyalahkan itu yang bersalah. Karena dengan siapapun ia bermasalah. Kita bisa belajar pada pemungut cukai. Ia tidak menyalahkan sesamanya, tapi ia mengakui kesalahannya di hadapan Allah. Sebelum menyalahkan orang lain dia telah mengakui kesalahan dan dosanya sendiri.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 18:9-14. Bandingkan dengan pengalamanmu.

Refleksi:
Bagaimana menahan diri untuk menyalahkan sesama?


Doa:
Bapa semoga aku tidak mudah menilai dan menyalahkan sesama. Semoga aku lebih mudah mengingat kesalahanku sendiri dan menyesalinya. Amin.

Perutusan:
Aku berusaha untuk tidak menyalahkan sesamaku. -nasp-

0 comments:

Post a Comment