Kamis, 5 Januari 2017
Yohanes 1:43-51
1:43. Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk
berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya:
"Ikutlah Aku!"
1:44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas
dan Petrus.
1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata
kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab
Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."
1:46 Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu
yang baik datang dari Nazaret?"
1:47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan
lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang
dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di
dalamnya!"
1:48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau
mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil
engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."
1:49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak
Allah, Engkau Raja orang Israel!"
1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku
berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya?
Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."
1:51 Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat
Allah turun naik kepada Anak Manusia."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, orang yang memiliki pegangan kuat akan dapat mudah memandang remeh yang tidak cocok dengan pegangannya. Dalam hal keagamaan orang seperti ini dapat dianggap beriman kuat.
- Tampaknya, ada gambaran bahwa yang beriman kuat akan kritis terhadap hal-hal yang berada di luar pandangan yang ditanamkan dalam agama. Dengan teguh pada pandangan keagamaannya dan meremehkan yang sebaik apapun tetapi beda, orang dapat merasa memiliki kesejatian kepribadian.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekuat apapun orang berpegang pada ajaran agama dan prinsip kehidupan sehingga amat merendahkan apapun di luarnya, orang akan sungguh menghayati kesejatian diri tanpa kepalsuan kalau mau datang hadir di dalam yang berbeda bahkan yang bertentangan karena justru di situ hatinya berjumpa dengan pegangan sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan makin teguh dalam prinsip hidupnya kalau mau berdialog dengan yang berbeda di luar prinsipnya.
Ah, orang sungguh beragama
kalau hatinya tak mendekat yang di luar agamanya.
0 comments:
Post a Comment