Selasa, 10 Januari
2017
Gregerius Bussa
Guilielmus Bituricensis
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Ibr. 2:5-12; Mzm.
8:2a,5, 6-7, 8-9; Mrk. 1:21b-28. BcO Rm 1:18-32
Markus
1:21b-28:
21 Mereka tiba di
Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat
dan mengajar. 22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar
mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. 23 Pada
waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang
itu berteriak: 24 "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret?
Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari
Allah." 25 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah
dari padanya!" 26 Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil
menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. 27 Mereka semua takjub,
sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru.
Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat
kepada-Nya." 28 Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala
penjuru di seluruh Galilea.
Renungan:
Suatu kali
seorang bapak mempercayai seorang pemuda untuk memegang proyeknya. Orang-orang
mengenal pemuda itu tukang tipu. Maka banyak orang pun memperingatkan bapak
itu. Namun bapak itu tetap mempercayakan proyek itu kepada si pemuda. Ia
percaya orang tidak akan selamanya jahat. Kepada pemuda tersebut ia pun
menanamkan banyak hal. Dan akhirnya pemuda itu berhasil menyelesaikan
kepercayaan sang bapak dengan baik.
Roh jahat yang
ada dalam diri seseorang memberi kesaksian tentang Yesus. "Apa urusan-Mu
dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami?
Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (Mrk 1:24). Kesaksian akan
kehadiran Allah muncul dari si jahat. Si jahat mengenal bahwa yang dihadapinya
adalah Tuhan Yang Kudus dari Allah.
Tidak selamanya
yang jahat itu akan tetap jahat. Pada masa-masa tertentu mereka yang kita cap
jahat dan penipu akan berubah menjadi baik. Mungkin kita mempunyai luka yang
masih sulit untuk menerima mereka. Namun kita juga tidak perlu berhenti pada
keyakinan orang jahat akan selamanya jahat. Orang jahat bisa menjadi baik.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
bertemu dengan seseorang yang mau bertobat. Ia menempatkan harapannya kepadamu.
Refleksi:
Bagaimana
menerima orang yang pernah jahat dengan kita?
Doa:
Tuhan semoga aku
mempunyai keluasan hati untuk menerima saudara kami yang pernah berbuat jahat
kepada kami. Semoga orang-orang jahat pun menyadari kesalahannya dan bertobat. Amin.
Perutusan:
Aku akan
melapangkan hatiku menerima saudaraku yang jahat bertobat. -nasp-
0 comments:
Post a Comment