Minggu, 29 Januari 2017
Matius 5:1-12a
5:1. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia
ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka,
kata-Nya:
5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan
Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena
mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena
mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan
kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena
mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena
mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela
dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12a Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,
Butir-butir
Permenungan
- Tampaknya, perdamaian banyak dimengerti sebagai keadaan selaras antara pihak-pihak yang berbeda bahkan bertentangan. Pada zaman kini mau tidak mau orang dihadapkan pada hubungan dengan orang-orang yang berbeda suku bahkan bangsa termasuk agama dan golongannya.
- Tampaknya, pembawa damai menjadi sosok yang memiliki sikap terbuka terbuka untuk menghargai yang berbeda-beda. Dalam hubungan antar agama pembawa damai kerap disebut orang yang memiliki sikap toleransi.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, seterbuka dan setoleran apapun sikap seseorang, hal ini belum sungguh membuatnya menjadi pejuang perdamaian karena pembawa damai sejati adalah orang yang menghayati kemacam ragaman sebagai rahmat ilahi sehingga dia menjadi keluarga aura nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sungguh berbahagia karena memandang kemacamragaman sebagai anugrah kehidupan.
Ah,
bagaimanapun di era globalisasi yang
baik adalah yang mampu bersaing.
0 comments:
Post a Comment