Kamis, 12 Januari 2017
Aelredus,
Bernardus dr Carleone, Antonius Maria Pucci
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Ibr. 3:7-14; Mzm.
95:6-7,8-9,10-11; Mrk. 1:40-45. BcO 2:17-29
Markus
1:40-45:
40 Seorang yang
sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon
bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan
aku." 41 Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan
tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah
engkau tahir." 42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu,
dan ia menjadi tahir. 43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan
keras: 44 "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal
ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan
persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa,
sebagai bukti bagi mereka." 45 Tetapi orang itu pergi memberitakan
peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi
terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang
sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru.
Renungan:
Suatu hari
seorang ibu tampak resah. Ia resah karena anaknya tidak meminta uang saku
kepadanya. Tunggu ditunggu sang anak tidak kunjung meminta maka sang ibu pun
bertanya, "Kamu tidak meminta uang saku kepada ibu?". Sang anak pun
menjawab, "Enggak bu, ditabung aja, kemarin saya dapat honor dari
penelitian sehingga uangku masih cukup."
Pengalaman di
atas berbeda dengan pengalaman si kusta dalam Injil Mrk. 1:40-45. Si kusta
memohon kepada Yesus, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku"
(Mrk 1:40). Si kusta percaya bahwa Yesus mampu menyembuhkan dirinya. Ia percaya
Yesus punya kuasa untuk itu. Maka kalau Ia mau Ia pasti bisa menyembuhkannya.
Keyakinan si kusta ini pun ditanggapi secara positif oleh Yesus, "Aku mau,
jadilah engkau tahir" (Mrk 1:41).
Permintaan akan
disambut dengan pemberian. Tidak ada permintaan ya tidak ada pemberian, walau
seringkali orang tua dan tentunya Tuhan tanpa diminta pun tetap memberi. Maka
rasanya di hadapan Tuhan yang selalu terbuka hati-Nya kita selalu meminta
kemurahan hati-Nya. Kita percaya Tuhan mempunyai, kalau Ia mau Ia pasti akan
mengabulkan permintaan kita.
Kontemplasi:
Bayangkan kisah
dalam Injil Mrk. 1:40-45. Bandingkan dengan pengalamanmu.
Refleksi:
Bagaimana percaya
pada kuasa Tuhan dan menggerakkan hati-Nya?
Doa:
Bapa aku percaya
Engkau sumber kekuatanku. Topanglah diriku agar mampu mengabdi kepada-Mu. Amin.
Perutusan:
Aku percaya Tuhan
akan menegakkan langkahku dan menuntun jalanku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment