Selasa, 17 Januari 2017
Peringatan Wajib
St. Antonius
warna liturgi
Putih
Bacaan
Ibr. 6:10-20;
Mzm. 111:1-2,4-5,9,10c; Mrk. 2:23-28; BcO Rm 5:12-21
Markus
2:23-28:
23 Pada suatu
kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan
murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 24 Maka kata orang-orang Farisi
kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak
diperbolehkan pada hari Sabat?" 25 Jawab-Nya kepada mereka: "Belum
pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang
mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah
Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu - yang
tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam - dan memberinya juga kepada
pengikut-pengikutnya? 27 Lalu
kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan
manusia untuk hari Sabat, 28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari
Sabat."
Renungan:
Membaca bacaan
hari ini saya teringat ketika aktif mengurusi bantuan untuk korban bencana.
Waktu itu kami memberikan bantuan susu untuk bayi. Ketika funding membaca
laporan itu mereka tidak setuju dan meminta semua bantuan susu ditarik karena
menyalahi konvensi internasional. Kami coba menerangkan mengapa kami memberikan
bantuan susu pengganti asi. Alasan itu masuk akal, maka kami pun tidak lagi
harus menarik kembali susu yang telah kami bagikan.
Yesus dan para
murid-Nya menyalahi konvensi hari Sabat. Para murid memetik gandum. Ketika
dipertanyakan Ia pun memberikan contoh apa yang dilakukan Daud ketika
pasukannya kelaparan di hari Sabat. Mereka malah mengambil makanan dari rumah
ibadat, lebih parah dari para murid yang memetik gandum.
Rasanya
kemanusiaan kadang-kadang harus menabrak konvensi yang ada. Kebutuhan asupan
untuk bayi menabrak konvensi tentang asi, kebutuhan makan menabrak peraturan
Sabat. Kemanusiaan jauh lebih kudu didahulukan daripada aturan yang ada. Ketika
seseorang membutuhkan pertolongan untuk hidupnya maka itulah yang mesti
didahulukan walau kadang melanggar aturan.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
ketika dihadapkan pada pilihan menolong manusia dan taat aturan.
Refleksi:
Bagaimana kita
tetap mendahulukan kemanusiaan walau harus menghadapi aturan?
Doa:
Tuhan semoga aku
selalu mendahulukan kebaikan banyak orang. Semoga karena kekuatan-Mu aku mampu
mendahulukan rasa kemanusiaanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan menjaga
rasa kepedulianku walau harus beradapan dengan kakunya peraturan. -nasp-
0 comments:
Post a Comment