Minggu, 29 Januari 2017
Hari Minggu Biasa IV
warna liturgi Hijau
Bacaan
Zef. 2:3; 3:12-13; Mzm. 146:1,7,8-9a,9bc-10;
1Kor. 1:26-31; Mat. 5:1-12a. BcO Rm 11:25-36
Matius 5:1-12a:
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu,
naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya
kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena
mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka
akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu,
jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Renungan:
Akhir-akhir ini dunia kita dipenuhi
kisah-kisah yang cukup menyayat hati dan perasaan. Satu orang dengan orang lain saling menghujat, mencemooh, mengejek. Ujaran kebencian seakan menjadi
langit yang melingkupi hidup manusia Indonesia. Di tengah suasana tersebut
temanku di Komsos KAS berhasil memotret pemandangan yang adem. Ia mengambil
gambar salah seorang diakon yang baru saja ditahbiskan bersama seorang
berjilbab yang sedang dipotret oleh perempuan berjilbab lainnya. Gambar itu
bagaikan hujan yang turun menggantikan panas yang sepanjang hari menyengat.
Memberikan suasana sejuk di tengah pergaulan
yang panas kiranya bisa menjadi tanda warta bahagia juga. Kala banyak orang
terperangkap dalam sikap saling menghujat
kita perlu menghadirkan kata dan tindakan ringan dan segar. Kita juga
tidak perlu khawatir untuk menghadirkan kebenaran. Memang mungkin membawa
kebenaran pun akan membawa konsekuensi tersendiri. Tapi saat kita berlandaskan
pada keinginan hadirnya kebaikan maka apa pun konsekuensinya akan kita hadapi
dengan adem.
Tuhan menjanjikan kebahagiaan pada mereka yang
hidup selaras kehendak-Nya. Walau ada banyak kesulitan yang akan dihadapi ia
tidak akan kekurangan kunci untuk mengatasinya. Pada mereka akan ada
kebahagiaan yang akan ditemui. Kala bersama Dia kita tidak akan kehilangan cara
untuk melangkah menuju kebahagiaan yang
telah tersedia.
Kontemplasi:
Bayangkan kesejukan yang akan kauhadirkan di
dunia yang sedang panas ini.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menghadirkan kesejukan
kala ada kegaduhan di lingkunganmu.
Doa:
Tuhan semoga aku tetap berpegang pada
kehendak-Mu. Semoga aku bisa menghadirkan kedamaian di lingkungan sekitarku.
Amin.
Perutusan:
0 comments:
Post a Comment