Rabu, 1 Februari 2017
Markus 6:1-6
6:1. Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di
tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
6:2 Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat
dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata:
"Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan
kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh
tangan-Nya?
6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara
Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang
perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
6:4 Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang
nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum
keluarganya dan di rumahnya."
6:5 Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas
mereka.
6:6 Ia merasa
heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan keliling dari
desa ke desa sambil mengajar.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, ibadat dalam hidup beragama biasa dipandang sebagai sarana orang berhubungan dengan Tuhan. Dalam ibadat ada kata-kata kudus didengungkan dan doa-doa diucapkan.
- Tampaknya, karena ibadat menjadi sarana relasi orang dengan Tuhan, tempat ibadat kerap juga disebut rumah Tuhan. Yang rajin berdoa di tempat ibadat dapat dipandang sebagai orang yang serius ber-Tuhan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, seserius apapun orang berdoa bahkan serajin pula pergi ke rumah ibadat, apabila dalam menghadapi orang lain hati penuh dengan penilaian status atau posisi sosialnya, sebenarnya dia jauh dan berseberangan dengan Tuhan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati hubungan antar orang tidak ditentukan oleh status sosial tetapi oleh kesamaan hati yang hidup dari nurani.
Ah, bagaimanapun juga orang
biasa tak dapat mengajar banyak orang.
0 comments:
Post a Comment